PERTANIAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI TANTANGAN KRISIS PANGAN GLOBAL
oleh:
Ahmad Musabbihin (041011009)
Mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Univeritas Airlangga
Pendahuluan
Laporan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyebutkan
bahwa kenaikan harga pangan biji-bijian dunia telah mencapai 17 persen (38 poin
dalam indeks harga) dibandingkan dengan harga bulan Juni 2012. Departemen
Pertanian AS (USDA) juga telah merevisi estimasi produksi jagung, yang
diperkirakan menurun 17 persen pada Agustus 2012 karena kekeringan yang sangat
dahsyat. Harga jagung di tingkat internasional juga telah meningkat sampai 23
persen. Bahkan, kenaikan harga jagung tercatat 46 persen jika dibandingkan
dengan harga pada Mei 2012. Kenaikan harga jagung masih akan terus berlangsung
karena sekitar 42 persen jagung dunia dihasilkan oleh AS, terutama di daerah
Midwest, yang kini bermasalah karena kekeringan hebat.
Indonesia
merupakan Negara agraris yang memiliki potensi besar dan sumber daya alam yang
melimpah untuk produk pertanian. Di sektor pertanian Indonesia memiliki beragam
jenis tenaman, hal ini didukung kondisi iklim tropis yang berbeda, dibidang
tanaman pangan di Indonesia memiliki tanaman unggul seperti padi, kedelai,
kacang tanah, ubi kayu dan berbagai jenis faritas yang lain. Indonesia
berpeluang menjadi negara maju di bidang ekonomi, khususnya dari sektor
pertanian. Bahkan Indonesia diprediksi mampu memenuhi kebutuhan pangan dunia,
sehingga disegani negara-negara lain.
Hal tersebut
menjadi sebuah keuntungan besar dalam konidsi global yang sedang dalam tekanan
krisis pangan jika Indonesia mampu mengoptimalkan peranan sektor pertanian
dalam perekonomian. Perbaikan ketersediaan pupuk dan benih, peningakatan infrasturktur dan teknologi, dan
pendampingan dalam sektor pertanian merupakan faktor penunjang dalam
meningkatkan sektor pertanian. Menjadi Negara maju dalam sektor pertanian
merupakan suatu keharusan yang harus tercapai mengingat segala potensi yang
dimiliki Indonesia.
Kondisi Pertanian Indonesia
Saat Ini
Sumber
daya alam yang melimpah negara kita dianugrahi dengan letak wilayah yang
strategis dengan iklim tropis yang memungkinkan radiasi matahari diterima sepanjang
tahun, suhu di Indonesia yang sangat optimal sangat baik bagi pertumbuhan
tanaman. Hampir segala jenis tanaman yang ada di wilayah dunia lain dapat
tumbuh di tanah Indonesia ini. Bahkan ada pepetah yang bilang bahwa tongkat
yang ditanam di atas bumi indonesia pun akan dapat menjadi pohon karena
kesuburan tanahnya.
Luas lahan
pertanian di Indonesia sekitar 17 juta hektare. Jika dibagi dengan jumlah
petani pangan sebanyak 30 juta orang, maka rata-rata lahan per petani hanya
sebatas 0,5 hingga 0,6 hektare. Rendahnya kesadaran dari para pemangku
kepentingan di daerah-daerah untuk mempertahankan lahan pertanian produksi,
menjadi salah satu penyebab infrastruktur pertanian menjadi buruk. Lahan
pertanian yang terkonveksi di Pulau Jawa mencapai 50 ribu hektare per tahun.
Khusus di DIY, mencapai 200 hektare per tahun lahan pertanian yang beralih
fungsi. Selain itujumlah lahan yang diatur dalam perda tak sesuai dengan jumlah
pada realitanya. Kondisi tersebut membuat kesempatan alih fungsi semakin
menjadi-jadi. Dengan luas lahan 17 juta
hektare Indonesia masih kekurangan lahan pertanian sebanyak 8,2 juta hektare
untuk mengatasi kekurangan pangan yang terjadi di Tanah Air. Luas lahan
pertanian dan luas panen terlalu sempit bagi 242 juta penduduk (Prof. Sumarno).
Ketersediaan
infrastruktur penunjang pertanian yang juga penting namun minim ialah
pembangunan dan pengembangan waduk. Pasalnya, dari total areal sawah di
Indonesia sebesar 7.230.183 ha, sumber airnya 11 persen (797.971 ha) berasal
dari waduk, sementara 89 persen (6.432.212 ha) berasal dari non-waduk. Karena
itu, revitalisasi waduk sesungguhnya harus menjadi prioritas karena tidak hanya
untuk mengatasi kekeringan, tetapi juga untuk menambah layanan irigasi
nasional. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, 42 waduk
saat ini dalam kondisi waspada akibat berkurangnya pasokan air selama kemarau.
Sepuluh waduk telah kering, sementara 19 waduk masih berstatus normal.
Produktivitas
pertanian Indonesia masih rendah akibat sempitnya lahan petani di mana
rata-rata lahan per petani hanya sebatas 0,5 hingga 0,6 hektare. Hal ini
menyebabkan produktivitas rendah akibat sempitnya lahan jika mengutip pendapat
Prof. sumarno, idealnya untuk satu orang penduduk tersedia 1.000 meter lahan
pertanian. Menurut data dari BPS tahun 2011, produktivitas tanaman padi di
Indonesia adalah sebesar 51.19 kuintal per hektar. Hal ini seharusnya menjadi
perhatian khusus bagi pemerintah untuk meningkatkan produktivitas dengan
membuka lahan baru pertanian.
Peran Pertanian Bagi
Perekonomian Indonesia
Sektor pertanian merupakan sektor
yang tetap memiliki peranan yang penting dalam struktur perekonomian nasional.
Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia: a) potensi
sumber daya alam yang besar dan beragam. b) pangsa terhadap pendapatan nasional
cukup besar. c) besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor
pertanian. d) menjadi basis pertumbuhan ekonomi di pedesaan
Sumodiningrat
(2000) menyatakan peran-peran sektor pertanian dalam pembangunan perekonomian
nasional dapat dilihat dari indikator-indikator, antara lain sebagai berikut.
a) pertanian merupakan penghasil makanan pokok penduduk. b) komoditas pertanian
merupakan bahan baku industri manufaktur pertanian. c) komoditas pertanian
sebagai penentu stabilitas harga karena harga produk-produk pertanian memiliki
bobot yang besar dalam indeks harga konsumen. d) keterkaitan sektor pertanian
dengan sektor lainnya dapat menciptakan titik temu antar sektor yang lebih
efektif.
Di samping indikator-indikator di atas, peran sektor pertanian dalam
perekonomian nasional secara empiris terbukti cukup nyata baik dalam
perekonomian yang cukup normal maupun pada saat perekonmian menghadapi krisis.
Hal ini dilihat dari dua indikator penting yaitu kontribusi pada sektor PDB,
dan penyerapan tenaga kerja.
Tabel 1. Nilai PDB menurut Lapangan Usaha 2009-2011
(sumber: www.bps.go .id)
Dilihat
kontribusinya terhadap PDB Indonesia sektor pertanian merupakan penyumbang
ketiga terbesar setelah sektor industry pengolahan dan sektor perdagangan,
hotel dan restoran. Pada tahun 2011 kontribusi sektor pertanian terhadap PDB
Indonesia sebesar 14.7%. nilai ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
kontribusi sektor pertanian terhadap PDB tahun 2010 sebesar 15.3% dan kontribusi
sektor pertanian terhadap PDB tahun 2009 sebesar 15.3% (lihat tabel 1). hal ini
seharusnya menjadi perhatian khusus pemerintah mengingat pentingnya sektor
pertanian terhadap perekonomian Indonesia.
Sementara itu
dilihat dari penyerapan tenaga kerja sektoral, sektor pertanian mendominasi
penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Pada tahun 2011 sektor pertanian menyerap
tenaga kerja sebesar 35.86%. Nilai ini jauh lebih besar daripada penyerapan
tenaga kerja oleh sektor Perdagangan, Hotel, dan
Restoran sebesar 21.33%. Hal positif terjadi di mana ketergantungan terhadap
sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja semakin menurun (lihat tabel 2).
Namun sayangnya hal ini tidak diimbangi dengan kenaikan nilai PDB dari sektor
pertanian yang mengalami penurunan (lihat tabel 1).
Lapangan Usaha
|
Penyerapan Tenaga Kerja menurut lapangan usaha (%)
|
||
2009
|
2010
|
2011
|
|
1. Pertanian. Peternakan. Kehutanan. dan
Perikanan
|
39.68
|
38.35
|
35.86
|
2. Pertambangan dan Penggalian
|
1.10
|
1.16
|
1.34
|
3. Industri Pengolahan
|
12.24
|
12.78
|
13.26
|
4. Listrik. Gas. dan Air Bersih
|
0.21
|
0.22
|
0.22
|
5. Konstruksi
|
5.23
|
5.17
|
5.78
|
6. Perdagangan. Hotel. dan Restoran
|
20.93
|
20.79
|
21.33
|
7. Pengangkutan dan Komunikasi
|
5.83
|
5.19
|
4.63
|
8. Keuangan. Real Estat. dan Jasa Perusahaan
|
1.42
|
1.61
|
2.40
|
9. Jasa-Jasa
|
13.35
|
14.75
|
15.18
|
Produk Domestik Bruto
(PDB)
|
100.00
|
100.00
|
100.00
|
Tabel 2. penyerapan Tenaga Kerja menurut Lapangan Usaha 2009-2011
(sumber: www.bps.go .id)
Tantangan Indonesia
Menurut
penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa pertanian di Indonesia kurang
optimal. Masih bergantungnya penyerapan tenaga kerja terhadap sektor pertanian meskipun
dari tahun ke tahun berkurang (lihat tabel 2), sempitnya lahan pertanian,
pengairan sawah yang masih mengandalkan non-waduk, dan. nilai PDB sektor
pertanian yg relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang
diserap. Penyelesaian masalah-masalah di atas tentunya membutuhkan perhatian
khusus dari pemerintah
Bappenas
melaporkan defisit neraca perdagangan komoditas pangan Indonesia pada 2006
sebesar 28,03 juta dolar AS. Angka tersebut membengkak menjadi 5,509 miliar
dolar pada 2011, atau naik 200 kali lipat hanya dalam waktu lima tahun. Padahal
negara kita memiliki pesisir sepanjang 95.181 km dan luas perairan 5,7 juta km2.
Luas lahan pertanian lebih dari 17 juta ha dengan jumlah rumah tangga petani
(RTP) lebih dari 25,4 juta. Faktanya, tiap tahun negeri ini mengimpor
1,58 juta ton garam dan 4,73 juta ton singkong.Menurut catatan BPS, pada
semester pertama 2011, impor pangan negara kita mencapai 6,35 miliar dollar AS
atau lebih dari Rp 57 triliun.
Di samping itu
krisis pangan menjadi perbincangan hangat setelah jumlah penduduk dunia
diperkirakan akan melonjak menjadi 9 miliar pada tahun 2050, naik sebelumnya 7
miliar pada tahun 2011. Perhatian terhadap masalah tersebut semakin bertambah
menguat akibat ancaman krisis pangan kini semakin membesar, terutama setelah
Organisasi Pangan dan Pertanian pada Agustus lalu mengeluarkan laporan kenaikan
harga-harga pangan dan Departemen Pertanian Amerika Serikat kembali merevisi
angka estimasi penurunan produksi pangan, terutama biji-bijian. Bahkan, FAO
secara serius mengingatkan Indonesia tentang ancaman krisis pangan ini.
Penutup
Sempitnya lahan
merupakan faktor penting dalam mempengaruhi rendahnya produktivitas sektor
pertanian. Solusi permasalahan ini adalah membuka lahan baru dengan
mengkonversi lahan kering menjadi lahan pertanian. Lahan kering banyak terdapat
di Sumatera. Untuk mengkonversi lahan kering menjadi lahan pertanian memerlukan
waktu beberapa tahun. Meski demikian, untuk mengubah lahan tersebut memerlukan
biaya yang tidak sedikit.
Ketergantungan
penyerapan tenaga kerja melalui sektor pertanian dinilai kurang bagus. Nilai
PDB sektor pertanian tergolong kecil jika dibandingkan dengan besarnya penyerapan
tenaga kerja oleh sektor pertanian. Meningkatkan sektor selain pertanian untuk
menyerap tenaga kerja tanpa mengubah variabel lain yang mengakibatkan turunnya
sektor pertanian merupakan langkah yang baik dalam pembangunan perekonomian
nasional. Penyediaan infrastruktur untuk keterkaitan antar sektor akan
menjadikan perekonomian lebih efektif.
Krisis pangan
yang menjadi perbincangan hangat setelah jumlah penduduk dunia diperkirakan
akan melonjak menjadi 9 miliar pada tahun 2050 merupakan tantangan bagi
Indonesia menjadi pemain dalam penyedia kebutuhan pangan dunia. Dengan sumber
daya yang dimiliki seharusnya bukan merupakan hal yang sulit bagi Indonesia. Investasi
yang besar oleh pemerintah diperlukan untuk perekonomian jangka panjang. Mengingat
sampai sejauh ini Indonesia masih mengimpor sebagian kebutuhan pangan Indonesia
memerlukan beberapa tahun untuk menata sektor pertanian menjadi lebih baik.
Daftar Pustaka
0 komentar:
Posting Komentar