Jumat, 30 November 2012


PERTANIAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI TANTANGAN KRISIS PANGAN GLOBAL
oleh:
Ahmad Musabbihin  (041011009)
 Mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis 
Univeritas Airlangga

Pendahuluan
Laporan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyebutkan bahwa kenaikan harga pangan biji-bijian dunia telah mencapai 17 persen (38 poin dalam indeks harga) dibandingkan dengan harga bulan Juni 2012. Departemen Pertanian AS (USDA) juga telah merevisi estimasi produksi jagung, yang diperkirakan menurun 17 persen pada Agustus 2012 karena kekeringan yang sangat dahsyat. Harga jagung di tingkat internasional juga telah meningkat sampai 23 persen. Bahkan, kenaikan harga jagung tercatat 46 persen jika dibandingkan dengan harga pada Mei 2012. Kenaikan harga jagung masih akan terus berlangsung karena sekitar 42 persen jagung dunia dihasilkan oleh AS, terutama di daerah Midwest, yang kini bermasalah karena kekeringan hebat.
Indonesia merupakan Negara agraris yang memiliki potensi besar dan sumber daya alam yang melimpah untuk produk pertanian. Di sektor pertanian Indonesia memiliki beragam jenis tenaman, hal ini didukung kondisi iklim tropis yang berbeda, dibidang tanaman pangan di Indonesia memiliki tanaman unggul seperti padi, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan berbagai jenis faritas yang lain. Indonesia berpeluang menjadi negara maju di bidang ekonomi, khususnya dari sektor pertanian. Bahkan Indonesia diprediksi mampu memenuhi kebutuhan pangan dunia, sehingga disegani negara-negara lain.
Hal tersebut menjadi sebuah keuntungan besar dalam konidsi global yang sedang dalam tekanan krisis pangan jika Indonesia mampu mengoptimalkan peranan sektor pertanian dalam perekonomian. Perbaikan ketersediaan pupuk dan benih, peningakatan infrasturktur dan teknologi, dan pendampingan dalam sektor pertanian merupakan faktor penunjang dalam meningkatkan sektor pertanian. Menjadi Negara maju dalam sektor pertanian merupakan suatu keharusan yang harus tercapai mengingat segala potensi yang dimiliki Indonesia.
Kondisi Pertanian Indonesia Saat Ini
Sumber daya alam yang melimpah negara kita dianugrahi dengan letak wilayah yang strategis dengan iklim tropis yang memungkinkan radiasi matahari diterima sepanjang tahun, suhu di Indonesia yang sangat optimal sangat baik bagi pertumbuhan tanaman. Hampir segala jenis tanaman yang ada di wilayah dunia lain dapat tumbuh di tanah Indonesia ini. Bahkan ada pepetah yang bilang bahwa tongkat yang ditanam di atas bumi indonesia pun akan dapat menjadi pohon karena kesuburan tanahnya.
Luas lahan pertanian di Indonesia sekitar 17 juta hektare. Jika dibagi dengan jumlah petani pangan sebanyak 30 juta orang, maka rata-rata lahan per petani hanya sebatas 0,5 hingga 0,6 hektare. Rendahnya kesadaran dari para pemangku kepentingan di daerah-daerah untuk mempertahankan lahan pertanian produksi, menjadi salah satu penyebab infrastruktur pertanian menjadi buruk. Lahan pertanian yang terkonveksi di Pulau Jawa mencapai 50 ribu hektare per tahun. Khusus di DIY, mencapai 200 hektare per tahun lahan pertanian yang beralih fungsi. Selain itujumlah lahan yang diatur dalam perda tak sesuai dengan jumlah pada realitanya. Kondisi tersebut membuat kesempatan alih fungsi semakin menjadi-jadi. Dengan  luas lahan 17 juta hektare Indonesia masih kekurangan lahan pertanian sebanyak 8,2 juta hektare untuk mengatasi kekurangan pangan yang terjadi di Tanah Air. Luas lahan pertanian dan luas panen terlalu sempit bagi 242 juta penduduk (Prof. Sumarno).
Ketersediaan infrastruktur penunjang pertanian yang juga penting namun minim ialah pembangunan dan pengembangan waduk. Pasalnya, dari total areal sawah di Indonesia sebesar 7.230.183 ha, sumber airnya 11 persen (797.971 ha) berasal dari waduk, sementara 89 persen (6.432.212 ha) berasal dari non-waduk. Karena itu, revitalisasi waduk sesungguhnya harus menjadi prioritas karena tidak hanya untuk mengatasi kekeringan, tetapi juga untuk menambah layanan irigasi nasional. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, 42 waduk saat ini dalam kondisi waspada akibat berkurangnya pasokan air selama kemarau. Sepuluh waduk telah kering, sementara 19 waduk masih berstatus normal.
Produktivitas pertanian Indonesia masih rendah akibat sempitnya lahan petani di mana rata-rata lahan per petani hanya sebatas 0,5 hingga 0,6 hektare. Hal ini menyebabkan produktivitas rendah akibat sempitnya lahan jika mengutip pendapat Prof. sumarno, idealnya untuk satu orang penduduk tersedia 1.000 meter lahan pertanian. Menurut data dari BPS tahun 2011, produktivitas tanaman padi di Indonesia adalah sebesar 51.19 kuintal per hektar. Hal ini seharusnya menjadi perhatian khusus bagi pemerintah untuk meningkatkan produktivitas dengan membuka lahan baru pertanian.
Peran Pertanian Bagi Perekonomian Indonesia
Sektor pertanian merupakan sektor yang tetap memiliki peranan yang penting dalam struktur perekonomian nasional. Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia: a) potensi sumber daya alam yang besar dan beragam. b) pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar. c) besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. d) menjadi basis pertumbuhan ekonomi di pedesaan
Sumodiningrat (2000) menyatakan peran-peran sektor pertanian dalam pembangunan perekonomian nasional dapat dilihat dari indikator-indikator, antara lain sebagai berikut. a) pertanian merupakan penghasil makanan pokok penduduk. b) komoditas pertanian merupakan bahan baku industri manufaktur pertanian. c) komoditas pertanian sebagai penentu stabilitas harga karena harga produk-produk pertanian memiliki bobot yang besar dalam indeks harga konsumen. d) keterkaitan sektor pertanian dengan sektor lainnya dapat menciptakan titik temu antar sektor yang lebih efektif.
Di samping indikator-indikator di atas, peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional secara empiris terbukti cukup nyata baik dalam perekonomian yang cukup normal maupun pada saat perekonmian menghadapi krisis. Hal ini dilihat dari dua indikator penting yaitu kontribusi pada sektor PDB, dan penyerapan tenaga kerja.
 Tabel 1. Nilai PDB menurut Lapangan Usaha 2009-2011 (sumber: www.bps.go .id)
Dilihat kontribusinya terhadap PDB Indonesia sektor pertanian merupakan penyumbang ketiga terbesar setelah sektor industry pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada tahun 2011 kontribusi sektor pertanian terhadap PDB Indonesia sebesar 14.7%. nilai ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kontribusi sektor pertanian terhadap PDB tahun 2010 sebesar 15.3% dan kontribusi sektor pertanian terhadap PDB tahun 2009 sebesar 15.3% (lihat tabel 1). hal ini seharusnya menjadi perhatian khusus pemerintah mengingat pentingnya sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia.
Sementara itu dilihat dari penyerapan tenaga kerja sektoral, sektor pertanian mendominasi penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Pada tahun 2011 sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebesar 35.86%. Nilai ini jauh lebih besar daripada penyerapan tenaga kerja oleh sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar 21.33%. Hal positif terjadi di mana ketergantungan terhadap sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja semakin menurun (lihat tabel 2). Namun sayangnya hal ini tidak diimbangi dengan kenaikan nilai PDB dari sektor pertanian yang mengalami penurunan (lihat tabel 1).
Lapangan Usaha
Penyerapan Tenaga Kerja menurut lapangan usaha (%)
2009
2010
2011
1.  Pertanian. Peternakan. Kehutanan. dan Perikanan
39.68
38.35
35.86
2.  Pertambangan dan Penggalian
1.10
1.16
1.34
3.  Industri Pengolahan
12.24
12.78
13.26
4.  Listrik. Gas. dan Air Bersih
0.21
0.22
0.22
5.  Konstruksi
5.23
5.17
5.78
6.  Perdagangan. Hotel. dan Restoran
20.93
20.79
21.33
7.  Pengangkutan dan Komunikasi
5.83
5.19
4.63
8.  Keuangan. Real Estat.  dan Jasa Perusahaan
1.42
1.61
2.40
9.  Jasa-Jasa
13.35
14.75
15.18
Produk Domestik Bruto (PDB)
100.00
100.00
100.00
Tabel 2. penyerapan Tenaga Kerja menurut Lapangan Usaha 2009-2011 (sumber: www.bps.go .id)
Tantangan Indonesia
Menurut penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa pertanian di Indonesia kurang optimal. Masih bergantungnya penyerapan tenaga kerja terhadap sektor pertanian meskipun dari tahun ke tahun berkurang (lihat tabel 2), sempitnya lahan pertanian, pengairan sawah yang masih mengandalkan non-waduk, dan. nilai PDB sektor pertanian yg relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang diserap. Penyelesaian masalah-masalah di atas tentunya membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah
Bappenas melaporkan defisit neraca perdagangan komoditas pangan Indonesia pada 2006 sebesar 28,03 juta dolar AS. Angka tersebut membengkak menjadi 5,509 miliar dolar pada 2011, atau naik 200 kali lipat hanya dalam waktu lima tahun. Padahal negara kita memiliki pesisir sepanjang 95.181 km dan luas perairan 5,7 juta km2.  Luas lahan pertanian lebih dari 17 juta ha dengan jumlah rumah tangga petani (RTP)  lebih dari 25,4 juta. Faktanya, tiap tahun negeri ini mengimpor 1,58 juta ton garam dan 4,73 juta ton singkong.Menurut catatan BPS, pada semester pertama 2011, impor pangan negara kita mencapai 6,35 miliar dollar AS atau lebih dari Rp 57 triliun.
Di samping itu krisis pangan menjadi perbincangan hangat setelah jumlah penduduk dunia diperkirakan akan melonjak menjadi 9 miliar pada tahun 2050, naik sebelumnya 7 miliar pada tahun 2011. Perhatian terhadap masalah tersebut semakin bertambah menguat akibat ancaman krisis pangan kini semakin membesar, terutama setelah Organisasi Pangan dan Pertanian pada Agustus lalu mengeluarkan laporan kenaikan harga-harga pangan dan Departemen Pertanian Amerika Serikat kembali merevisi angka estimasi penurunan produksi pangan, terutama biji-bijian. Bahkan, FAO secara serius mengingatkan Indonesia tentang ancaman krisis pangan ini.
Penutup
Sempitnya lahan merupakan faktor penting dalam mempengaruhi rendahnya produktivitas sektor pertanian. Solusi permasalahan ini adalah membuka lahan baru dengan mengkonversi lahan kering menjadi lahan pertanian. Lahan kering banyak terdapat di Sumatera. Untuk mengkonversi lahan kering menjadi lahan pertanian memerlukan waktu beberapa tahun. Meski demikian, untuk mengubah lahan tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Ketergantungan penyerapan tenaga kerja melalui sektor pertanian dinilai kurang bagus. Nilai PDB sektor pertanian tergolong kecil jika dibandingkan dengan besarnya penyerapan tenaga kerja oleh sektor pertanian. Meningkatkan sektor selain pertanian untuk menyerap tenaga kerja tanpa mengubah variabel lain yang mengakibatkan turunnya sektor pertanian merupakan langkah yang baik dalam pembangunan perekonomian nasional. Penyediaan infrastruktur untuk keterkaitan antar sektor akan menjadikan perekonomian lebih efektif.
Krisis pangan yang menjadi perbincangan hangat setelah jumlah penduduk dunia diperkirakan akan melonjak menjadi 9 miliar pada tahun 2050 merupakan tantangan bagi Indonesia menjadi pemain dalam penyedia kebutuhan pangan dunia. Dengan sumber daya yang dimiliki seharusnya bukan merupakan hal yang sulit bagi Indonesia. Investasi yang besar oleh pemerintah diperlukan untuk perekonomian jangka panjang. Mengingat sampai sejauh ini Indonesia masih mengimpor sebagian kebutuhan pangan Indonesia memerlukan beberapa tahun untuk menata sektor pertanian menjadi lebih baik.
Daftar Pustaka

Anonim. 2012. Indonesia kekurangan 8,2 juta hektare lahan pertanian. http://www.analisadaily.com/ diakses pada pada tanggal 15 November 2012 pada pukul 16.15 WIB.

Badan Intelijen Negara. 2012. Prediksi dan Tantangan Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2013. BIN. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2012. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. BPS. Jakarta.

Darmawan, Adhytya Cahya. 2010. Peran Sektor PertanianDalam Perkekonomian Indonesia. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

Haryanto, Tri dkk. 2009. Ekonomi Pertanian. Airlangga University Press. Surabaya

Naufal, Agus. 2010. Peranan Sektor Pertanian Dalam Pertumbuhan Ekonomi Dan Mengurangi Ketimpangan Pendapatan di Pemerintah Aceh. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Bogor.

Nugrayasa, Oktavio. 2012. 5 Masalah Yang Membelit Pembangunan Pertanian di Indonesia. www.setkab.go.id diakses pada tanggal 15 November 2012 Pukul 16.00 WIB.


0 komentar: